“Mengapa Kalian Terdiam”
Pembelajaran IPS sangat membosankan menurut orang yang tidak suka menghafal, karena yang dipelajari dalam mata pelajaran ini adalah sesuatu yang sudah lama (sejarah) dan permasalahan yang selalu berkembang (permasalahan sosial). Namun, sebagai guru kita harus dapat menarik simpati siswa agar mereka dapat termotivasi untuk belajar IPS, yaitu dengan mengadakan pendekatan personal yang baik dan menggunakan berbagai metode yang bervariasi.
Pengalaman saya ketika akan membelajarkan Kompetensi Dasar: Menghargai jasa pahlawan dalam memproklamasikan kemerdekaan, saya merasa kesulitan untuk membelajarkannya karena saya sulit mencari sumber belajar tersebut. Anak-anak hanya dapat membaca dari buku siswa saja. Sumber belajar lain sulit ditemukan di sekolah walaupun sebenarnya di sekolah ada perpustakaan. Namun sayangnya, buku yang ada di perpustakaan sangatlah terbatas sehingga tidak semua tokoh yang ada dalam perumusan proklamasi kemerdekaan tersedia.
Sebelum melakukan pembelajaran Kompetensi dasar : Menghargai jasa pahlawan dalam memproklamasikan kemerdekaan, saya telah membuat persiapan yang sangat maksimal, yaitu menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), LKS, dan Sumber belajar pendukung lainnya.
Hari Selasa adalah jadwal saya mengajar IPS di kelas V. Saat istirahat sudah berakhir, bel dibunyikan sebagai tanda untuk masuk kembali. Semua siswa segera berbaris di depan kelas masing-masing dan segera masuk ke dalam kelas. Ketika saya masuk kelas, anak- anak tampak letih sekali. Mungkin mereka tadi memanfaatkan waktu istirahat untuk berlari-larian dalam permainan dengan teman-temannya. Saya berusaha menyapa anak-anak dengan penuh kasih sayang dan mengajak anak-anak untuk bernyanyi lagu-lagu perjuangan, yaitu ”Hari Merdeka” dengan tujuan untuk membangkitkan semangat mereka.
Pada saat pelajaran berlangsung, saya melakukan tanya jawab dengan anak-anak sebagai kegiatan apersepsi. Adapun pertanyaan yang saya ajukan seperti: bangsa mana saja yang pernah menjajah Indonesia? Ternyata hampir semua anak-anak mengacungkan jarinya, kemudian saya menunjuk salah satu anak untuk menjawabnya.
“ Ayo, Adi apa jawabnya, nak?” Tanya saya.
“Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris dan Jepang, Pak”, Jawab Adi.
“Benar sekali jawabanmu, nak”. Demikian kalimat penguatan dan penghargaan saya. Saya melanjutkan tanya jawab dengan siswa untuk menggiring menuju pokok permasalahan yang akan dibahas.
” Mengapa bangsa Indonesia demikian lama dijajah oleh Belanda ?“ Pertanyaan saya lontarkan lagi kepada semua anak-anak. Seperti biasa, banyak anak yang mengangkat tangan.
”Depi, coba kamu jelaskan?” Pinta saya kepada Depi yang tengah berpikir keras.
“ Karena bangsa kita bodoh. Banyak orang-orang yang tidak dapat sekolah, Pak“.
”Bagus sekali jawaban Depi. Ada yang mau menambahkan?” Pinta saya lagi.
“Saya Pak!”, celetuk Rahma”.
”Baiklah, apa jawabanmu Rahma?”
“ Karena Indonesia subur, banyak bahan tambang dan sumber alam lainnya”
”Benar, memang demikian keadaan bangsa kita.Lama sekali dijajah oleh bangsa lain”. Saya memberi penjelasan tambahan. Lalu, dengan semangat saya melanjutkan penguatan dengan menyampaikan bahwa pada saat dijajah memang tidak semua masyarakat dapat menempuh pendidikan seperti sekarang ini sehingga tidak banyak orang cerdik pandai.
Setelah itu saya memasuki pembelajaran pada kegiatan inti. Metode yang saya gunakan adalah ceramah ( informasi) dan tanya jawab. Hal itu saya lakukan karena tidak semua siswa mempunyai buku, padahal mereka harus memiliki informasi awal sebelum melakukan diskusi. Saya menjelaskan peristiwa terjadinya proklamasi kemerdekaan mulai dari perumusan sampai dengan pelaksanaan proklamasi serta tokoh-tokoh yang berperan dalam merumuskan kemerdekaan. Ketika penjelasan saya selesai, saya bertanya kepada anak-anak.
“ Anak-anak, siapa yang belum jelas bisa bertanya kepada Pak guru. Ayo siapa yang mau bertanya?” Sejenak suasana terasa hening..... Tidak satu siswapun yang bertanya. Dalam pikiran saya, anak-anak pasti sudah mengerti atau sudah jelas.
Selanjutnya anak-anak saya minta untuk berkelompok dan berdiskusi dengan menggunakan LKS yang telah saya siapkan. Ternyata tidak seperti yang saya bayangkan. Anak-anak banyak yang tidak paham terhadap tugas-tugas yang harus didiskusikan dengan menggunakan LKS. Saya mencoba menjajaki kesiapan kelompok A yang berada di sudut kanan depan kelas dengan menanyakan apakah mereka telah menyelesaikan salah satu tugasnya? Hasilnya, belum satu tugaspun yang mereka coba selesaikan.
”Mengapa belum dicoba dikerjakan, nak?” Tanya saya ingin segera tahu penyebabnya kepada Rifky.
”Belum mengerti, Pak”, jawab Rifky dengan jujur.
” Mengapa tadi sewaktu Pak guru tanya apakah kalian sudah mengerti atau belum malah diam saja? Dan ketika Pak guru memberi kesempatan bertanya kamu tidak bertanya?”
”waktu tadi Pak guru menerangkan saya ngantuk Pak, karena saya bosan terus mendengar cerita Pak guru. Mau tanya, saya malu dan bingung tanya apa!” Inilah pengakuan polos seorang murid. Saya sedikit terkesima dan pada akhirnya merasa bahwa saya perlu merefleksi diri dari pembelajaran yang saya lakukan.
Selama pelajaran masih berlangsung , saya terus berfikir apakah kesalahan besar yang saya lakukan pada pembelajaran hari ini. Saya terus bertanya dalam benak dan hati. Apakah metode ceramah yang saya gunakan menyebabkan anak mengantuk, mengobrol sendiri karena membosankan, sehingga anak-anak tidak bergairah pada saat belajar?
Saya masih tetap berkeliling mengamati pekerjaan anak-anak sambil merenung terus. Ternyata jam sudah menunjukkan waktu istirahat kedua hampir tiba. Langsung saya katakan kepada anak-anak bahwa waktu kurang 5 menit, tetapi banyak kelompok yang belum selesai mengerjakan tugas. Saya berfikir lagi, mungkin anak-anak yang tidak dapat mengerjakan tugas itu daya ingatnya kurang kuat, tidak mendengarkan penjelasan, atau sibuk berbicara sendiri. Hati saya terus bergejolak karena memikirkan kondisi ini.
Akhirnya bel tanda istirahat telah berbunyi. Walaupun saya merasa berat hati dan kurang puas dengan hasil pembelajaran pada saat ini, saya tetap memberikan penguatan kepada anak-anak hingga kesimpulan.
“Hari sabtu yang akan datang kita akan membahas masalah ini lagi dengan lebih mantap ya anak-anak.” Hibur saya sebelum mengahiri pelajaran. Segera saya mengucapkan salam kepada anak-anak dan menyanyikan lagu ”Tanah Airku”.